Wednesday, October 15, 2025

Demystifying Tenaga Dalam - the other side of silat practices

Seringkali kalau kita bahaskan Silat Tenaga Dalam TD secara “ilmu dalaman di silat” kita akan mendapati beberapa pendapat kontra megenainya. Sering kali tomahan Bidaah, syirik, khurafat, tahyul (TBC kalau kata 'jargon' di Indonesia) menjadi amunisi lazim terhadap aspek spiritual silat. Namun apakah begitu semuanya? Dan apakah tidak ada unsur murni potensial manusia yang dapat kita kaji untuk memahamkan konsep TD. Saya tidak menolak ada nya pengamalan yang melibatkan TBC tapi menurut saya menuding praktisi TD sebagai sesat menunjukkan ‘kurang jauh’ jangkauan pemikiran penuding. Yang harus di pisahkan adalah Occult practices vs Tenaga Murni yang dapat kita jana dengan pernafasan dan positive thinking.

Tenaga Dalam dalam konteks ini harus dipahami sebagai ‘internal body awareness’ yang dilatih lewat pola pernapasan diafragma, teknik tahan napas, dan aktivasi pusat gravitasi tubuh (hara/dantian). Bila seseorang dilatih untuk sadar napasnya, hadir di tiap gerakan, dan mampu mengolah tekanan tubuh lewat pusatnya, maka ia telah menyentuh fondasi dari somatic intelligence yakni kecerdasan tubuh yang mampu merespons tekanan eksternal secara reflektif dan terkontrol. Ini bukan sihir. Ini bukan mistik. Ini adalah hasil dari ‘neuroplastic conditioning’ yang berlangsung ketika tubuh dan napas selaras dalam frekuensi tertentu.

Sebagian penggiat TD yang tidak mencampurkan dengan ritual atau dogma - hanya dengan penerapan pernafasan - pun telah menunjukkan bahwa teknik-teknik ini mampu meningkatkan detak jantung variabilitas (HRV), ketahanan terhadap stres, serta reaksi refleks tubuh.

Bahkan dalam pendekatan ilmiah, ‘slow, deep, conscious breathing’ terbukti memicu saraf parasimpatis, menurunkan kortisol, dan membuka jalur perhatian tinggi (state of flow). Maka kita harus lebih objektif dalam menilai bahwa Tenaga Dalam, bila dipisahkan dari pembungkus mistisnya, adalah bentuk embodied intelligence yang patut diteliti, bukan dicemooh. Yang menjadi sesat bukanlah pernapasannya, tapi pemahaman terbatas tentangnya.

Tapi harus kita sadari ini hanyalah alat untuk pesilat untuk memaksimalkan daya dan kudrat untuk mencapai maximum potential bukan untuk bermegah-megah kerana semua hanyalah titipan.

Dalam dunia silat, di banyak perguruan tradisional pernafasan bukanlah benda asing. Ia asas untuk bina tenaga dalam, kawal emosi, dan satukan gerak dengan kesedaran. Bila nafas teratur, pesilat boleh hadir sepenuhnya dalam setiap gerakan, dan jaga keharmonian tubuh dan jiwa walau dalam tekanan.

Nafas juga bawa tenaga halus bukan hanya oksigen, tapi getaran hidup yang masuk bersama niat kita. Bila nafas tenang dan dalam, badan jadi lebih stabil, fikiran jernih, dan aura pun semakin kuat.

Aura lemah bukan kerana tubuh tak sihat, tapi sebab nafas kita pendek dan terburu-buru. Dengan latihan pernafasan yang konsisten, aura boleh dibersihkan dan diperkukuh badan rasa lebih percaya diri, langkah lebih yakin, dan mata kita pun punya ‘ketajaman’ yang lebih dari biasanya. 

Akhir kata, apabila memperbincangkan Tenaga Dalaman, kita harus memisahkan perbahasan tentang pembangkitannya dari dalam diri,  dan lain-lain methode yang mengandalkan tenaga luar.. supaya tidak keliru.  




No comments:

Post a Comment