Wednesday, October 1, 2025

Ngemong dan Mengayomi

Almarhum guru (Mas Mochamad Amien) selalu berkata ke saya, “Pesilat apalagi guru dan guru cabang harus bisa ngemong dan mengayomi.” Kata-kata itu terdengar sederhana, namun menyimpan pesan yang dalam: seorang pesilat sejati adalah penjaga, bukan penindas; pemimpin yang membimbing, bukan menakut-nakuti. Setiap langkah kaki di latihan maupun di jalan hidup seharusnya mencerminkan prinsip ini. Melalui ngemong, mengayomi, dan disiplin diri, saya belajar bahwa kekuatan terbesar bukanlah pada otot atau senjata, melainkan pada hati yang mampu memimpin dengan bijak dan menenangkan dengan kasih. Tubuh dan ilmu bukan hanya untuk diri sendiri; mengasuh dan mengayomi bukan sekadar kata, tetapi sikap yang membentuk hati, agar ilmu menjadi perisai dan pedoman hidup, bukan alat kesombongan.

Ngemong dan mengayomi tidak berarti lemah atau tanpa tegas. Ia menambah, seorang guru silat dan pendekar menunjukkan kasih sayang, kesabaran, dan perhatian. Saat mengajari murid atau menjaga lingkungan, mereka membimbing dengan lembut tetapi tegas, memastikan keselamatan dan perkembangan murid, tanpa membiarkan ego atau kemarahan menguasai tindakan. Inti dari bimbingan ini selalu dimulai dari kesabaran: sebelum memberi nasihat, mengoreksi, atau menyampaikan pembenaran, seorang guru menenangkan diri, memahami situasi sepenuhnya, dan menimbang hati serta pikiran murid atau lawan.

Dengan sabar, hati dan pikiran menjadi tenang, sehingga hikmah dapat tumbuh, dan setiap kata atau tindakan menjadi tepat dan penuh makna. Tanpa kesabaran, ucapan dan tindakan hanya menjadi asal bunyi, mudah menimbulkan salah paham, bahkan bahaya bagi diri sendiri maupun orang lain. Bahkan kata-kata paling bijak pun akan sia-sia bila disampaikan terburu-buru atau tanpa kendali, si lawan hanya menangkap nada dan ketidaksiapan kita, (dan justru) bukan makna yang ingin disampaikan. Dalam silat maupun mengayomi, kesabaran dan penguasaan diri adalah kunci agar hikmah benar-benar sampai: menahan ego, menimbang waktu, memilih kata dengan cermat, dan memastikan pesan tersampaikan dengan jelas, lembut, dan tepat sasaran.

Akhirkata, konsep mengayomi memang banyak terdengar dalam konteks pedagogi, yaitu membimbing anak atau murid muda yang masih belajar dan memerlukan arahan. Namun, prinsip yang sama sangat relevan untuk andragogi, atau pembelajaran bagi murid dewasa, karena inti mengayomi bukan soal usia, tetapi cara membimbing dengan penuh kesadaran, menghormati pengalaman, dan menumbuhkan perkembangan. Dari sudut hakikat kesabaran dalam mengajar dan penerapan Ngemong dan Mengayomi ini adalah untuk perbaiki hubungan kita dengan Allah swt melalui kesatuan ummat.  


No comments:

Post a Comment