Saturday, September 6, 2025

Tari Gambuh - Tarian Keprajuritan

Tari Gambu dari Sumenep adalah tarian tradisional yang sangat bersejarah. Awalnya dikenal sebagai Tari Keris atau Sudukan Dhuwung, tarian ini dibuat oleh Arya Wiraraja dan diajarkan kepada pengikut Raden Wijaya di Sumenep. Tarian ini pernah dipentaskan dalam perayaan kerajaan di Keraton Daha. Setelah lama tidak dipertunjukkan, tarian ini dihidupkan kembali sekitar tahun 1630 oleh Pangeran Anggadipa dari Sumenep. Nama Kambuh yang berarti “berulang kembali” kemudian berubah menjadi Tari Gambu, yang terus dipelihara hingga hari ini.

Tari Gambu menggambarkan suasana pertempuran dan kepahlawanan. Penari menggunakan tameng kecil dengan hiasan kaca cermin sebagai simbol perlindungan dan strategi. Biasanya empat penari laki-laki menari mewakili empat arah mata angin, dengan satu titik tengah yang disebut pancer, melambangkan mata hati dan keseimbangan hidup. Gerakan tarian mengikuti alur pernapasan khusus dan berputar ke kanan, melambangkan peredaran bumi dan energi dalam tubuh.

Busana penari lengkap dengan celana, sabuk, ikat kepala, keris, tameng kecil, dan kain berwarna putih, merah, hijau, dan kuning. Warna-warna ini melambangkan kesucian, keberanian, kesuburan, dan keikhlasan. Dengan semua simbol ini, Tari Gambu bukan sekadar hiburan, tetapi juga warisan budaya dan spiritual masyarakat Madura.

Tari Gambu memiliki beberapa kemiripan dengan Tari Keris di Bali, karena keduanya menggunakan keris dan gerakan silat. Namun, Tari Keris Bali biasanya dipentaskan dalam upacara Hindu dan penarinya kadang masuk trance, sedangkan Tari Gambu lebih menekankan kepahlawanan, strategi perang, dan filosofi hidup (keblat papat lima pancer) dalam konteks Islam-Jawa-Madura.



No comments:

Post a Comment