Saturday, December 10, 2016

Strategi Perang Kuno Chakra V

                                        Strategi Perang Kuno Chakra V
Tata tempur ini juga digunakan sebagai strategi untuk perlindungan dan penyelamatan Raja.
 Rintik hujan terdengar berderap tak berirama diatas atap terpal mengiringi ayunan roda becak yang membawa kami menyusuri jalan kecil di Jalan Sukodono 4 Kawasan Religius Ampel, Surabaya. Jalan yang bergenang serta deretan rumah yang berdiri berdempetan terlihat memburai tak jelas dari balik plastik yang menghalangi kami dari bias air hujan.

Dua becak beriring merayap pelan membawa kami ke tujuan. Di satu titik becak pun berhenti, saat plastik penutup terbuka terlihat sebuah rumah yang di hiasi aksen warna biru di kusen pintu dan jendelanya. Sebuah spanduk besar tertempel di salah satu dinding, bertuliskan Padepokan Harimau Putih Chakra V.
Inilah tujuan kami, Padepokan Chakra V, sebuah perguruan pencak silat yang didirikan oleh Mas Mochamad Amien, sahabat lama kami. Sudah memasuki waktu maghrib saat kami sampai disana, padepokannya terlihat masih sepi hanya ada Mas Amien sendiri yang menyambut kami dengan riang dan lantunan suara adzan yang terdengar lantang dari pengeras suara Masjid.

Memasuki ruang dalam terlihat padepokan ini tidak terlalu luas tapi sangat memadai untuk latihan murid – murid Chakra V. Interior dalam terlihat dilengkapi dengan berbagai peralatan latihan bela diri yang lumayan lengkap, bahkan buku – buku serta koleksi senjata juga terllihat menghiasi salah satu dindingnya. Dengan padepokan ini Chakra V terhitung perguruan yang maju, mengingat tidak banyak perguruan pencak tradisional yang memiliki padepokan.

Kami berbincang mengenai banyak hal, dari bertukar kabar sahabat – sahabat pencak silat kami yang lain hingga rencana perluasan padepokan Chakra V. Saat malam mulai benar – benar gelap satu persatu murid – murid Chakra V mulai berdatangan. Suasana mulai terasa meriah, tawa dan senyum menguar karena sudah lama kami tidak saling bertemu.

Ketika mereka sudah berkumpul semua Mas Amien pun menginstruksikan untuk memulai latihan. Murid – murid Chakra V mulai berbaris dan melakukan pemanasan serta peregangan. Pemanasan reguler yang dilakukan salah satunya adalah dengan melakukan drill pukulan setekel, tak heran murid – murid Chakra V sangat menjiwai teknik yang mereka pelajari karena jurus tidak hanya digunakan sebagai materi pelajaran semata.

Materi latihan malam itu adalah materi khusus, Patigaman, sebuah materi yang hanya diajarkan kepada murid – murid Chakra V tingkat lanjut. Teknik patigaman adalah teknik senjata tajam, baik teknik penggunaannya maupun teknik menghadapi serangan menggunakan senjata tajam. Di Chakra V teknik yang digunakan diambil dari permainan senjata mendiang Senopati Ario Bijjanan.

Teknik patigaman yang dilatih adalah teknik menghadapi serangan lawan banyak yang menggunakan senjata. Teknik ini diapdaptasi dari tata tempur atau strategi perang pasukan Senopati Ario Bijjanan yang adalah pasukan khusus. Tata tempur ini digunakan saat pasukan khusus yang hanya berjumlah sedikit, 5 sampai 2 orang melawan serbuan pasukan yang banyak dan memakai senjata. Tata tempur ini juga digunakan sebagai strategi untuk perlindungan dan penyelamatan Raja.

Tata tempur kuno ini di adaptasi dan diajarkan di Chakra V karena Mas Mochamad Amien melihat kejahatan saat ini sudah sangat sadis. Para siswa dipersiapkan untuk dapat menghadapi kejahatan yang berupa keroyokan, bukan berarti dengan menggunakan teknik ini dapat menjadi sakti dan hebat bisa melawan berapapun banyaknya lawan, tapi tata strategi ini diharapkan dapat memberikan peluang untuk melindungi dan menyelamatkan diri. Tak hanya mempelajari strateginya, para siswa juga dilatih manajemen stress ketika berhadapan dengan lawan baik perorangan maupun keroyokan.

Semua teknik dan strategi ini dilatih dengan menggunakan sistem drill yang sangat ketat dan repetisi yang berulang – ulang sehingga siswa dapat menyatu dengan tekniknya, setelah itu baru di berikan penjelasan aplikasi lalu pengembangan jurus.

Ketika berbicara tentang ke efektifan strategi dan teknik ini, Mas Mochamad Amien bercerita bahwa pada jaman penjajahan dahulu kakeknya menerapkan dan mengajarkan strategi perang ini untuk menghadapi serangan penjajah.

Tata strategi patigaman yang unik ini sudah menjadi silabus tetap dalam Chakra V, sebuah perguruan pencak silat tradisional yang  menggunakan manajemen modern. Chakra V memiliki dua macam program, yaitu program reguler dan non reguler. Program reguler banyak diminati oleh para siswa sekolah, sedangkan program non reguler biasanya diminati oleh mereka yang sudah memiliki kemampuan beladiri lainnya, bahkan kebanyakan sudah mencapai tingkatan master di disiplin bela diri lainnya.

Pada dasarnya Chakra V tidak memiliki tingkatan, tapi karena jaman modern sekarang menuntut sebuah manajemen yang rapih, maka di buatlah silabus yang dibagi menjadi beberapa tingakatan :
  • Calon Siswa     : disini dibagi menjadi dua level, di level dasar calon siswa akan mempelajari 19 teknik dasar, lalu level selanjutnya adalah jurus, dimana para calon siswa mempelajari 6 jurus dasar.
  • Siswa               : di tingkat ini siswa mulai mempelajari teknik patigaman tapi masih dalam bentuk satu lawan satu
  • Calon Keluarga : disini juga dibagi menjadi dua calon keluarga luar dan calon keluarga dalam. Disinilah banyak teknik – teknik khas dan tersembunyi Chakra V diajarkan.
Dalam menseleksi para siswanya Mas Mochamad Amien menerapkan tes psikologi maupun melihat akhlak para siswanya karena ilmu – ilmu serta teknik yang diajarkan di Chakra V adalah ilmu simpanan yang harus dipegang oleh orang – orang yang tepat, yang memiliki akhlak baik dan budi pekerti luhur.

Sesi latihan malam itu di tutup dengan makan bersama. Kami di jamu dengan hidangan khas Bijjanan, nasi jagung, belut yang empuk dilengkapi dengan rempeyek udang yang nikmat tidak lupa sambal dahsyat yang sangat khas.

sumber : https://tangtungan.com/strategi-perang-kuno-chakra-v/

Thursday, December 8, 2016

Apakah CHaKRa-V?


Pembinaan Mental Chakra-V Indonesia (disingkat CV-dibaca C Five) didirikan oleh Mas Mochamad Amien (disingkat MMA), berawal dari seminar-seminar solo/seorang diri pada september 1995 MMA memperkenalkan silat Madura tradisional dibeberapa kota di Indonesia dan beberapa Negara diluar Indonesia, hingga pada  tanggal 27 Mei 2007 di kota Surabaya CV resmi didirikan dalam bentuk sebuah perguruan. CV merupakan lembaga pengkajian dan penelitian beladiri yang bersumber dari permainan silat keluarga trah Senopati Aria Bijjanan dan Sultan Cakra Adiningrat - Bangkalan, yang pada awal berdirinya bertujuan untuk melatih para executive muda untuk pertahanan diri/Self defense dalam menghadapi konflik dijalanan dengan harapan mampu memanage strees disaat timbul sebuah street urgen agresi (SUA) dan bukanlah beladiri prestasi seperti club beladiri pada umumnya.

Materi yang diajarkan dan menjadi kurikulum tetap di CV merupakan permainan silat keluarga MMA yang tercipta sebagai bagian dari seni perang pada masa Majapahit yang diajarkan secara turun temurun tanpa terputus dari generasi ke generasi  sejak dari keraton Sumenep yang dipimpin oleh prabu Socadiningrat III/Joko Tole/Aria Kudapanoleh (1413 M)

Mengingat sistim pelatihan pertahanan diri yang sangat praktis dan efektif namun ganas, silat aliran yang kemudian oleh MMA disebut aliran Bijjanan ini sangat diminati oleh kalangan executive muda hingga anak-anak sekolah. Adanya pakem-pakem tertentu yang mana silat aliran ini tidak boleh sembarangan diberikan kepada khalayak, dan hanya pada keluarga saja yang diperbolehkan mempelajari silat ini, maka oleh MMA dibuat semacam bentuk pecahan atau penggalan-penggalan jurus yang diambil dari 5 permainan silat dari keluarganya yang terdiri dari:
  1. Tepok Cok-Kecoan/Pukulan Setekel (diciptakan oleh mang Cilot dan Bong Cilot-disempurnakan oleh Senopati Aria Bijjanan),
  2. Ladding/Todik Bijjanan (diciptakan Senopati Ario Bijjanan)
  3. Tengkak Keteran/Langkah Perkutut (diciptakan oleh Sultan Cakra Adiningrat I),
  4. Akeket Macanan (diciptakan oleh R.M.Ahmad Yusuf Bijjanan Djoyotruno),
  5. Are’ Seka’ (diciptakan oleh Mas Marsidi Djoyotruno,Mas Marsilan Djoyotruno, Nimas Marsilem Djoyotruno dan Mbah Ali Gupek).
Tahun 2007 akhir, konsep pelatihan berubah, seiring masuknya anak-anak sekolah, pola pikir MMA pun kemudian mengacu pada beladiri prestasi dengan tanpa meninggalkan konsep sebelumnya. Hal ini dipandang perlu karena anak-anak sekolah sangat membutuhkan hal tersebut sebagai bentuk prestasi yang kelak sangat berguna bagi dirinya untuk masuk ke sekolah negeri atau perguruan tinggi negeri lewat jalur prestasi.
Maka sejak itulah mulai dibuat standarisasi keatletan wushu sansho. Mengingat MMA dulunya adalah mantan atlet silat dan karate Kala Hitam kyukushinkai serta petarungan underground mixed martial arts  di beberapa negara, maka metode pelatihan TC dan seleksi atletnya pun mengacu pada sistim  karate Kala Hitam  untuk membentuk karakter fisiknya dan sistim silat untuk  tekniknya.
Juarapun tercipta pada awal 2008. 3 atlet CV juara semuanya di kelas sansho wushu piala walikota Surabaya.  Tahun itu pula CV mengeluarkan kebijakan untuk memberikan beasiswa pada atlet-atletnya yang telah matang dan siap bertarung di arena sport. Dikirimkanlah beberapa atlet untuk mengikuti kelas karate, dan boxing. Tujuannya  sangat jelas, yakni sebagai batu loncatan untuk mencoba teknik pukulan setekel dan akeket macanan di ajang tournament karate dan boxing. Wal hasil atlet-atlet tersebut kemudian terjun dikejuaraan itu dan menorah kemenangan. Tak hanya itu para calon siswa CV juga merambah ke ajang gulat antar mahasiswa dan juga djarum submission, meski di ajang Djarum tersebut calon-calon siswa CV belum mampu menorah kemenangan.
Satu catatan yang membanggakan adalah, bahwa mereka yang juara tersebut kesemuanya masih berada di tingkatan calon siswa dan siswa dan hingga saat ini, tingkatan keluarga masih belum ada yang mendapatkan posisi tersebut. Mereka juga digodok oleh MMA sejak dari awal dan belum memiliki basic beladiri manapun. Sejak itu pula dibuat konsep sabuk tingkatan, dimana seorang calon siswa tidak semudah itu akan diangkat jadi siswa dan diajarkan jurus original keluarga MMA tersebut.
Perkembangan CV yang cukup bagus membuatnya harus merubah kembali standarisasi kurikulum latihannya menjadi beberapa tingkatan dan  mulai mengadopsi jurus aliran lain yang diantaranya :
  1. Timpa Pukul Hilang dari Cipto Hasan-Karpoteh Tanah Merah
  2. Arba’ Jihad- bang Umar.
  3. Mengadopsi Tendangan gaya Kala Hitam Kyukushinkai untuk dilatih, (menmgingat umumnya silat tradisional tidak banyak memiliki pola tendangan)
  4. Unsure Cikalong RH.Azis As’ary juga dimasukkan.
Standarisasi kurikulum inilah yang kemudian dikenal sebagai MMA Style.
Sekarang CV merupakan lembaga beladiri silat yang telah memiliki satu konsep market yang dipegang langsung oleh MMA sebagai owner sekaligus president dan sahabat-sahabat tionghwa muslim yang juga banyak membantu dalam perkembangan berikutnya. CV juga merambah ke bidang usaha pengadaan alat-alat beladiri dan Event Organizer dibawah naungan MMA management group.
“Jangan pernah melatih silat kalau dibayar murah, karena silat itu budaya adiluhung, untuk mencapainya dibutuhkan waktu yang tidak pendek, maka patoklah harga mahal, karena dengan begitu silat akan dihargai. Dan dengan harga yang mahal itu, silat akan mampu membantu lainnya” demikian kalimat yang selalu dikatakan MMA kepada anak-anaknya di CV.